GENTENG KEDUNGGEBANG

Januari 06, 2018
“Genteng”  merupakan Icon Desa Kedunggebang yang sudah dikenal oleh banyak orang  tidak hanya dikecamata Tegaldlimo namun hampir diseluruh Kabupaten Banyuwangi. Bahkan Genteng kedunggebang sudah dikenal diwilayah lain seperti Pulau Bali dan di beberapa kabupaten terdekat, seperti Jember, Lumajang dan SItubondo.
Berbagai macam jenis genteng seperti Genteng Press, Mantili, Wuwung dan juga Karangpilang diproduksi di Desa Kedunggebang. Meski diproses dengan cara semi modern, akan tetapi kualitas genteng Kedunggebang bisa bersaing dipasaran.
Sejak era tahun 80 an warga kedunggebang terutama yang tinggal di Dusun Krajan sudah memproduksi genteng dengan skala rumah tangga (Home Industri). Konon orang pertama yang membuat Genteng di Desa Kedunggebang adalah Mbah Gateng. Namun saat itu industry genteng masing menggunakan cara cara tradisional.
Seiring perkembangan jaman, teknologi membuat genteng semi modern sudah mulai ada dan digunakan oleh pengrajin. Hal ini membuat Industri Genteng di Desa ini juga mulai mengalami perkembangan yang signifikan.
Di era tahun 90 an sekitar 40 % penduduk Desa kedunggebang menjadi pengrajin Genteng. Yang awalnya hanya di Dusun Krajan, juga berkembang ke Dusun Damtelu dan dusun Kedungsumur. Selain itu pangsa pasar genteng yang semakin luas dan banyaknya kebutuhan pasar, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga desa Kedunggebang untuk menjadi  pengrajin genteng karena bisa menjadi solusi untuk  meningkatkan taraf hidup dan mengurangi angka pengangguran.
Hal ini juga didukung oleh berkembangnya cara berfikir pengrajin yg awalnya membuat genteng dengan cara tradisional beralih menggunakan cara semi modern. Membuat adonan tanah liat tidak lagi dengan cara diinjak2, melainkan menggunakan Mesin giling tanah liat dan mencetak genteng juga sudah menggunakan mesin Press genteng.
Maraknya penduduk yang beralih profesi menjadi pengrajin genteng, ternyata juga memberi dampak positif dan juga negative. Dampak positifnya bisa menyerap tenaga kerja, sementara dampak negatifnya adalah semakin tingginya harga bahan baku karena pengadaan bahan baku tidak bisa disuplai dari desa sendiri tapi harus mendatangkan dari desa lain.
Sejak tahun 2000 tren Genteng Kedunggebang mulai menurun, lesunya pasar dan tidak berimbangnya bahan baku dan hasil jual genteng, membuat banyak warga yang akhirnya berhenti memproduksi genteng. (Mochtar)

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

Tidak ada komentar